Badai Laura Pengaruhi ICP Agustus 41,63 Dolar/Barel

Kawasan Kilang Minyak V Pertamina Balikpapan di Kalimantan Timur, Kamis (2/7). ICP yang pada Mei 2015 tercatat masih 61,86 dolar AS per barel mengalami penurunan tajam hingga Janurari 2016.

 

DINAMIKASULTRA.COM,JAKARTA-Kekhawatiran akan badai tropis Marco dan Laura melewati jantung industri minyak di Amerika Serikat turut mempengaruhi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) pada Agustus 2020 menjadi 41,63 dolar AS/barel.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi menetapkan ICP Agustus sebesar 41,63 dolar AS per barel atau naik 0,99 dolar per barel dibanding bulan sebelumnya.

“ICP Agustus sangat dipengaruhi oleh kebijakan Amerika Serikat menyikapi kejadian Badai Laura di sekitar Teluk Meksiko. Selain dipangkas, mereka bahkan menghentikan pengoperasian minyak di lepas pantai kendati tidak menyebabkan kerusakan yang meluas,” Kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM di Jakarta, Senin.

Besaran ICP ini ditetapkan melalui Keputusan Menteri Nomor 158 K/12/MEM/2020 tentang Penetapan Harga Minyak Mentah Indonesia Bulan Agustus 2020 tertanggal 3 September 2020.

Selain kejadian alam yang menerpa wilayah Teluk Meksiko, sambung Agung, terpantau prospek pasar atas permintaan minyak mentah masih sangat terpengaruh oleh pandemi virus corona. “Covid-19 masih menjadi variabel penting dalam memperbaiki ICP,” jelasnya.

Sesuai catatan Kementerian ESDM, rata-rata ICP sepanjang tahun 2020 hingga bulan berjalan mencapai 40,08 dolar As per barel. Rinciannya, ICP Januari sempat mencapai angka 65,38 dolar As per barel, kemudian bergerak turun akibat pandemi, yakni 56,51 dolar per barel (Februari), 34,23 dolar per barel (Maret), dan 20,66 dolar per barel (April).

Namun berangsurnya kelonggaran aktivitas ekonomi serta harapan akan penemuan vaksin Covid-19, ICP perlahan merangkak naik di angka 25,67 dolar per barel di bulan Mei, 36,68 dolar per barel (Juni), 40,64 dolar per barel (Juli), dan 41,63 dolar per barel (Agustus).

Menurut Agung, faktor lain yang mempengaruhi pergerakan ICP adalah tingkat kepatuhan OPEC+ terhadap kesepakatan pemotongan produksi yang mencapai 95 persen dan rencana pemotongan produksi beberapa negara OPEC+ di bulan Agustus dan September 2020 sebagai kompensasi atas kelebihan produksi di bulan Mei – Juli 2020.

Laporan OPEC bulan Agustus 2020 menunjukkan tren ekonomi yang positif dengan pulihnya sektor jasa, ditandai dengan pertumbuhan pendapatan yang melebihi perkiraan, yang secara umum mendukung pasar ekuitas. Selain itu, jumlah rig yang beroperasi di Amerika Serikat mulai berkurang menjadi 176 unit di awal bulan Agustus 2020 (683 rig di bulan Maret 2020 dan 185 rig di bulan Juli 2020). Ada pula margin kilang secara global yang mulai pulih di bulan Juli 2020 karena meningkatnya aktivitas tansportasi sebagai efek dari pelonggaran lockdown di beberapa Negara.

Sementara itu, Energy Information Administration (EIA) merinci laporan akan penurunan stok minyak mentah AS turun sebesar 10,8 juta barel menjadi sebesar 507,8 juta barel dan stok produk gasoline AS turun sebesar 8,6 juta barel menjadi sebesar 239,2 juta barel. (ds)

Baca Juga !
Tinggalkan komentar