BMKG Sultra Imbau Nelayan Selalu Pantau Kondisi Cuaca Sebelum Melaut

Seorang nelayan di Desa Boneatiro, Kecamatan Kapuntori, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara memperlihatkan alat penanda lokasi (APL) yang dibawa ketika melaut, bantuan dari organisasi Rare Indonesia.

 

DINAMIKASULTRA.COM,KENDARI-Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sulawesi Tenggara mengimbau seluruh nelayan terus memantau kondisi cuaca sebelum melaut guna menghindari hal yang tidak diinginkan.

“Kami imbau kepada nelayan kalau melaut tetap mewaspadai gelombang tinggi dengan memperhatikan informasi yang disampaikan BMKG, dapat diakses di Maritimkg.go.id,” kata Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Kendari, Sugeng Widarko di Kendari, Senin.

Dia menyebut kondisi gelombang di perairan Sultra saat ini relatif bagus tak ada potensi gelombang tinggi dalam sepekan ke depan. Namun untuk wilayah laut banda berpotensi di atas 1,25 meter atau tingkat gelombangnya sedang.

BMKG setempat menyebut kondisi gelombang air laut di perairan 17 kabupaten/kota di provinsi secara umum berada di kategori rendah yakni 0,25 meter sampai 1,25 meter dan kategori sedang 1,25 meter sampai 2,5 meter.

Meski begitu, menurut dia kondisi di laut lebih diketahui oleh nelayan itu sendiri, sehingga dalam mengantisipasi risiko yang tidak diinginkan dapat di ketahui oleh para nelayan.

“Untuk risiko atau tidaknya kami tidak bisa menentukan karena yang tahu risiko terhadap tinggi gelombang itu mereka sendiri. Misalkan kapal yang dipakai kreston atau pakai sampan atau tidak, kan beda-beda tingkat risikonya,” ujar dia.

Sebelumnya, Badan Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Kendari, Sulawesi Tenggara, mencatat 37 kecelakaan kapal yang ditangani dalam kurun waktu Januari hingga Setepmber 2021

“Periode Januari sampai September 2021 ini kami menangani 37 kecelakaan kapal di wilayah kerja kami,” kata Kepala Humas Basarnas Kendari Wahyudi.

Dia menyebut dari jumlah kejadian itu, sebanyak 165 selamat, 13 orang meninggal dan sembilan orang dinyatakan hilang meski telah dilakukan pencarian selama tujuh hari.

Wahyudi menjelaskan untuk nelayan yang hilang dan tidak ditemukan tanda-tanda keberadaan korban ketika operasi SAR hingga memasuki hari ketujuh, maka operasi dihentikan sesuai kesepakatan semua pihak termasuk keluarga korban.

“Jadi kami berkoordinasi kepada semua pihak termasuk keluarga korban untuk menghentian pencarian, operasi SAR bisa dilanjutkan jika ditemukan tanda-tanda keberadaan korban,” ujar Wahyudi.

Ia mengimbau khususnya para nelayan sebelum melaut agar terlebih dahulu memperhatikan kelayakan kapal, alat komunikasi, alat keselamatan, dan selalu memperhatikan kondisi cuaca.

Baca Juga !
Tinggalkan komentar