FKPT Sultra Ajak Perempuan Waspadai Terorisme

DINAMIKASULTRA.COM, KENDARI – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Tenggara (Sultra), terus mensosialisasikan bahaya serta ancaman berbagai potensi penyebaran paham radikalisme dan terorisme yang dapat mengganggu keamanan juga kedamaian bangsa Indonesia. Salah satu upaya ini, dilakukan dengan mengajak 100 perwakilan 33 ormas perempuan dari berbagai unsur yang ada di Sultra.
Kepala FKPT Sultra, Andi Intang Dulung mengatakan, kegiatan ini dikemas dalam bingkai 3B (bersama kita bisa, bersatu kita kuat, bersaudara kita rukun). Sebagaimana mengambil tagline Kementerian Agama Sultra.
Dia mengatakan, terorisme masih menjadi ancaman nyata bagi kerukunan masyarakat Republik Indonesia. Untuk mencegah pemahaman terorisme radikalisme, perempuan atau kaum ibu sangat berperan, karena kaum ibu sangat dekat dengan keluarga, suami, anak dan saudara.
Oleh karena itu, ibu-ibu harus mendukung dengan simpati pemahaman yang positif bukan sebaliknya. Sekarang perempuan bukan simpati pada pemahaman tapi sudah ada perempuan menjadi pelaku, dalam hal ini menjadi teroris.
“Fenomena menunjukan bahwa perempuan Indonesia mulai mengambil peran dalam tindakan radikalisme bahkan beberapa waktu yang lalu, mereka menjadi pelaku dalam aksi bom bunuh diri,” ungkapnya.
Lebih lanjut dia mencontohkan, fenomena ini muncul setelah dua perempuan mantan imigran dari Hongkong. Ada juga aksi peledakan tiga gereja di Surabaya yang faktanya dilakukan oleh orang orang dalam ikatan keluarga termasuk ibu kandung dan anak nya.
Dirinya menyebutkan sebuah kisah yang terjadi beberapa tahun silam, tatkala warga Sibolga Sumatra Utara dikagetkan dengan ledakan bom di pemukiman padat penduduk. Kala itu aparat sedang menggeledah rumah perakit bom atas nama Husain yang sebelumnya ditangkap. Naasnya, aparat yang menggeledah rumahnya, dilemparkan bom lontong oleh sang istri.
“Meski aparat telah memberi peringatan kalau timer bom yang berada ditangannya itu akan meledak dan bisa meledakkan juga anaknya yang berusia dua tahun dan saat itu berada dalam pelukannya, akan tetapi dia tetap memilih meledakkannya sembari berkata jika saya mati dalam ledakkan ini, surga sudah menantiku,” kata Andi Intang mengkisahkan.
Andi Intang Dulung mengatakan apa yang yang diucapkan ibu tersebut merupakan pemahaman yang keliru dan sangat berbahaya ketika perempuan diberi ilmu yang mudah diterima akan tetapi salah semuanya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa posisi perempuan sangatlah vital dalam keluarga, sementara keluarga merupakan sekolah pertama dalam keluarga tetapi posisi perempuan dalam hal ini adalah ibu secara emosional lebih memilih kedekatan terhadap anak, karena itulah kunci penanaman karakter dan jati diri anak bertumpu pada ibu.
“Peran perempuan dalam hal ini sebenarnya salah satu benteng dari pengaruh atau paham ideologi serta kekerasan yang saat ini mulai menyasar anak usia dini. Maka dari itu perlu penanaman nilai kebangsaan dan keagamaan serta kearifan lokal dalam keluarga menjadi sumber efektif dalam menangkal penyebaran paham ekstremisme.
Dalam konteks inilah pelibatan kaum perempuan dalam pencegahan terorisme penting dilaksanakan,” tegasnya.
Olehnya itu, melalui kegiatan yang terlaksana pada tanggal 4 Agustus 2022 di wonua monapa, Konawe Selatan (Konsel), dia mengajak kaum perempuan untuk bersama-sama mengedepankan kewaspadaan untuk terus membentengi diri dari pengaruh radikalisme ataupun terorisme.
“Proses penanggulangan terorisme tidak bisa hanya dilakukan oleh aparat dalam keamanan semata, apakah itu dari TNI, Polri dan BNPT, akan tetapi dibutuhkan sinergi yang kuat antara aparatur keamanan dengan masyarakat termasuk organisasi-organisasi perempuan yang ada di Sulawesi Tenggara,” pungkasnya. (ds/Nov).