Banda Aceh Mengalami Deflasi 0,32 Persen Pada Agustus 2022

DINAMIKASULTRA.COM, BANDA ACEH – Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) menyatakan bahwa Kota Banda Aceh mengalami deflasi pada Agustus 2022 yakni berada pada angka 0,32 persen, dibandingkan dengan Juli lalu sebesar 0,98 persen.
“Kita terus menjaga harga di Banda Aceh stabil dan deflasi terkendali. Alhamdulillah bulan kemarin kita minus 0,32 sehingga disebut deflasi,” kata Wali Kota Banda Aceh sekaligus Ketua TPID Banda Aceh Bakri Siddiq, di Banda Aceh, Kamis.
Bakri menyampaikan, perkembangan inflasi di ibu kota provinsi Aceh dalam waktu tiga bulan yakni 0,92 persen pada Mei, kemudian 0,76 persen pada Juni, dan naik lagi menjadi 0,92 persen pada Juli 2022. Namun, pada Agustus mengalami deflasi yaitu 0,32 persen.
Bakri menyampaikan, dalam menjaga kestabilan harga pihaknya telah menyiapkan beberapa kebijakan jika nantinya terjadi hal yang tidak diinginkan seperti demand meningkat dan supply berkurang, maka salah satunya dengan melakukan operasi pasar.
“Dalam hal ini kita juga bekerja sama dengan kepolisian (Polresta) mencegah agar tidak terjadi penimbunan. Maka ini terus kita pantau supaya harga tetap stabil,” ujarnya.
Sementara itu, Deputi Kepala BI Perwakilan Aceh T Amir Hamzah mengatakan bahwa meskipun pada Agustus lalu Banda Aceh deflasi 0,32 persen. Namun, secara perhitungan tahun ke tahunnya masih di atas 6,8 persen.
“Maka Banda Aceh juga harus waspada karena inflasi disebabkan penyumbang utamanya adalah bahan pokok seperti cabai merah, bawang merah, dan lainnya,” kata Amir Hamzah.
Menghadapi inflasi, kata Hamzah, Bank Indonesia mulai dari pusat hingga daerah tentunya melakukan sinergi dengan menjadi bagian tim pemerintah dalam rangka menggulirkan gerakan nasional pengendalian inflasi pangan.
Dalam program ini, lanjut Hamzah, pihaknya akan terus memantau pergerakan perkembangan inflasi ini secara masif sehingga dampaknya bisa berjalan baik.
Hamzah menjelaskan, dalam rangka pengendalian inflasi pihaknya bersama pemerintah dan stakeholder terkait melakukan gerakan bersama mulai dari operasi pasar hingga pasar murah. Namun, langkah itu diambil apabila kondisinya sudah mengkhawatirkan.
Kemudian, juga melakukan kerja sama antar daerah dalam rangka menyeimbangkan daerah surplus dengan yang minus untuk memenuhi kebutuhan pangan serta optimalisasi distribusinya.
“Kita juga akan meluncurkan berbagai gerakan seperti penanaman cabai di pekarangan rumah masyarakat,” ujarnya.
Tak hanya itu, lanjut Hamzah, pihaknya juga melakukan pengembangan klaster petani sebagai upaya mendorong peningkatan produksi petani dengan terus memberikan pelatihan serta bimbingan kepada mereka.
Tak hanya itu, BI bersama pemerintah juga akan mendukung peralatan yang dibutuhkan petani, serta menyediakan sistem informasi akurat terkait perdagangan barang pokok, sehingga masyarakat mengetahui perkembangannya.
“Terakhir kita terus membangun komunikasi dan koordinasi, serta mengupdate setiap waktu terkait perkembangannya, ini terus kita lakukan secara bersama-sama,” kata Hamzah.
Dalam kesempatan ini, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Banda Aceh Amir Fadhli menyampaikan bahwa pada Agustus 2022 terjadi penurunan harga beberapa komoditas di Banda Aceh diantaranya cabai merah, bawang merah, ikan tongkol, tuna, semangka, dan berbagai kebutuhan lainnya, sehingga bisa mengalami deflasi.
Meski demikian, juga ada beberapa yang mengalami kenaikan harga seperti biaya sewa rumah, angkutan udara, beras, elpiji, makanan ringan, serta berbagai kebutuhan lainnya.
Amir menjelaskan, turunnya harga barang pada Agustus 2022 itu memang tidak lebih murah ketimbang awal tahun lalu (Januari). Namun, karena sistem perhitungannya bulan ke bulan, sehingga saat ini masuk pada kategori deflasi.
“Meskipun memang agak tinggi dibandingkan di bulan awal (Januari), tetapi kita hitungnya per bulan, maka dari bulan Juli ke Agustus itu terjadi deflasi,” kata Amir Fadhil.(ds/antara)