IDAI: Imunisasi Jadi Ikhtiar Orang Tua Lindungi Anak

DINAMIKA SULTRA.COM, BANDA ACEH – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aceh menyatakan imunisasi salah satu ikhtiar para orang tua di daerah itu dalam upaya melindungi anak dari berbagai penyakit menular, salah satunya polio.
“Imunisasi itu ikhtiar orang tua dalam melindungi anak, karena polio merupakan penyakit yang sangat menular,” kata Wakil Ketua IDAI Aceh dr Aslinar SpA M Biomed di Banda Aceh, Jumat.
Ia menjelaskan saat ini Aceh masih dalam kondisi kejadian luar biasa (KLB) polio, menyusul ditemukan satu kasus perdana di Mane, Pidie pada November 2022. Hingga saat ini, total polio di Aceh lima kasus.
Sebagai respons dari KLB polio tersebut, Kementerian Kesehatan RI melakukan Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) polio di Aceh yang menyasar 1,2 juta anak usai 0-12 tahun.
Aslinar menjelaskan dalam catatan, wabah polio di Tanah Air pada 2005-2006 tercatat 351 anak cacat lumpuh, pada 2014, Indonesia dinyatakan bebas polio. Kasus polio ditemukan kembali pada 2019 di Papau dan Aceh pada 2022.
“Polio penyakit infeksi akibat virus yang sangat menular, akibatnya bisa terjadi kelumpuhan yang menetap,” katanya.
Virus polio menular melalui tinja, dari perilaku buang air besar sembarang atau dari sekret tenggorokan saat batuk yang mengeluarkan virus polio.
“Contohnya buang air besar ke sungai, pampers bayi dibuang ke sungai, kalau virus ada di situ maka akan mudah tertular,” katanya.
Oleh sebab itu, kata dia, warga diminta terus berupaya mencegah penyebaran virus polio, seperti pelaksanaan imunisasi polio, bisa dengan tetes dan suntikan, serta penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
“Jadi memang selalu dianjurkan untuk cuci tangan, bukan hanya semasa COVID-19, karena memang banyak kuman menularkannya lewat tangan, sehingga sering-sering cucu tangan,” katanya.
Upaya lain juga dapat dilakukan melalui pencegahan pencemaran lingkungan, seperti menghindari perilaku buang air besar sembarangan.
“Dan ini juga terjadi di tempat wisata seperti ibu-ibu baru siap buang air besar anaknya maka pampers dibuang sembarangan,” katanya.
Kepala Seksi Imunisasi dan Surveilans Dinas Kesehatan Aceh Cut Efri Maizar mengatakan hingga saat ini tercatat lima kasus polio di Aceh. Sebanyak satu di antara empat kasus tersebut memiliki gejala.
“Untuk cacat yang ditimbulkan oleh virus polio itu permanen, walaupun dilakukan fisioterapi, hanya mengurangi cacatnya, jangan sampai dia tidak bisa beraktivitas,” katanya.(ds/antara)