Distanak Sultra: Sebanyak 114 Sapi Terkontaminasi PMK

DINAMIKA SULTRA.COM, KENDARI – Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Sulawesi Tenggara (Sultra) menyatakan sebanyak 114 sapi di Bumi Anoa itu terkontaminasi penyakit mulut dan kuku (PMK) sepanjang 2022.
Berdasarkan hasil laboratorium, melalui pemeriksaan darah hewan ternak tersebut menunjukkan hasil positif PMK, tetapi tidak ada gejala klinis.
Kepala Distanak Sultra Rusdin Jaya di Kendari, Jumat (24/2), mengatakan jumlah kasus tersebut per Januari 2022 hingga Januari 2023.
“Pertama ditemukan kasus PMK di Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), tetapi saat ini terdeteksi menyerang ternak sapi di beberapa kabupaten/kota di Sultra,” katanya.
Ia menyebutkan kasus yang terjadi di Kabupaten Koltim sebanyak 31 kasus dan 83 kasus lainnya tersebar di enam kabupaten/kita di Bumi Anoa.
“Enam kabupaten/kota kasus PMK tersebut, yakni, Kolaka Utara ada tujuh kasus, Konawe Utara lima kasus, Bombana 29 kasus, Konawe Selatan enam kasus, Konawe 23 kasus, serta Kota Kendari 13 kasus,” katanya.
Rusdin menyampaikan pihaknya telah memfasilitasi para peternak untuk pemberian vaksin dan obat-obatan hingga ke pelosok kabupaten di Sultra.
“Virus ini tidak bisa kita tahan seperti benda fisik, ya. Dia menyebar juga melalui beberapa perantara. Tapi kami sudah memfasilitasi pemberian vaksin dan obat-obatan ke pelosok kabupaten,” ucapnya.
Pihaknya juga telah melakukan pencegahan dan penanganan, serta terus menggencarkan vaksinasi PMK hewan ternak.
“Hingga penyemprotan disinfektan dan lainnya, tidak bisa dipungkiri penularan virus ini tidak hanya terjadi karena kontak ternak. Penularan bisa dari pakaian petugas atau pihak yang telah terkontaminasi virus PMK dan secara tidak sadar menularkan ke hewan ternak sapi lainnya,” katanya.
Dia juga menjelaskan bahwa virus PMK tersebut memang tidak membahayakan manusia, tetapi dapat merugikan ekonomi para peternak. Sebab, virus tersebut dapat mempengaruhi produksi susu dan daging sapi.
Meski ada penyebaran, menurut Rusdin, tidak begitu masif terjadi, sebab masih bisa diantisipasi dengan melakukan isolasi, pengobatan dan vaksinasi.
“Sampai hari ini penyebarannya tidak masif dan masih bisa di lokalisasi,” katanya.(ds/sgn)