Ketua Projo Mubar : Saudara Mukmin Sebaiknya Persiapkan Diri Hadapi Kemungkinan Proses Hukum atas Somasi dari Pj. Bupati

DINAMIKA SULTRA.COM, MUNA BARAT – Saudara Mukmin yang tergabung dalam Front Mahasiswa Sulawesi Tenggara (Sultra), saat ini sedang disomasi oleh Pj. Bupati Muna Barat (Mubar), karena selebaran yang mengandung fitnah yang dituduhkan kepada Pj. Bupati Mubar.
Ketua Projo Mubar, Muh. Junaim Pasa menyarankan kepada Mukmin agar yang bersangkutan menjawab somasi tersebut dengan meminta maaf kepada Pj. Bupati Mubar.
“Somasi tersebut merupakan bagian dari kerendahan hati Pj. Bupati Mubar sebagai pemimpin wilayah dan orang tua, karena masih memberi ruang kepada yang bersangkutan untuk mengkarifikasi tuduhannya yang tidak berdasar dan mengandung fitnah. Jika yang bersangkutan tidak menjawab somasi dalam tenggat waktu tertentu, somasi tersebut dimungkinkan naik ke proses hukum. Siapapun pasti berkeberatan dengan tuduhan tanpa fakta, hoax dan menyerang personal Pj. Bupati Mubar,” ungkap pria yang akrab disapa Bung Junaim.
“Pak Pj tidak pernah menutup diri, beliau terbuka bagi siapapun untuk menerima saran dan kritik tapi kritikan yang sifanya berbobot dan berkualitas, kritikan itu sebagai suplemen bagi daerah untuk bangkit tetapi jangan serang sembrono. Tanpa data dalam teori hukum pidana, yang menuduh harus membuktikan, silahkan Saudara Mukmin membuktikan. Jika tidak, maka yang bersangkutan harus mempertanggungjawabkan dihadapan hukum,” lanjut Junaim yang juga mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa STIK Avicena Kendari tersebut.
“Itukan modal selebaran doang, dirangkai dalam suatu pernyataan sikap, tanpa kajian mendalam, menggunakan organ/forum sempalan bukan organik. Kami sudah melewati dunia beraktivis di kampus, kami tidak seperti itu. Dulu, kami suarakan yang bersifat ideologis, misal menolak kenaikan harga pupuk petani, menolak kenaikan BBM, menolak utang luar negeri, menolak politisi busuk, menolak kenaikan harga sembako, dan lain-lain,” ucapnya.
“Nah, yang bersangkutan bawa-bawa puisi Wiji Tukul, tahu gak dia tentang Wiji Tukul. Puisi Wiji Tukil tidak pantas dibacakan oleh Sdr. Mukmin karena gerakannya bukan gerakan ideologis. Yang pantas membacakan puisi Wiji Tukul adalah misal aktivis Walhi, aktivis perempuan, aktivis pro rakyat, Human Right Defender, pembela petani, pembela nelayan, pembela buruh dan kaum miskin kota, dan seterusnya. Atau yang bersangkutan khatam dulu aja buku Madilog, Dari Penjara ke Penjara karya Tan Malaka, dan buku-buku Pramodya Ananta Toer, Biografi Buya Hamka, Biografi Bung Hatta, Biografi Bung Karno, sejarah gerakan Che Guevara di Amerika Latin, dan La Via Campesina Filipina, supaya tahu apa itu gerakan dan perjuangan ideologis, hehe,” tutupnya.
Alumni HMI Cabang Kendari ini juga turut menegaskan bahwa sebaiknya Sdr. Mukmin, fokus pada substansi somasi, jangan melebar kemana-mana. Setiap tindakan harus pula disertai dengan tanggungjawab. (ds/abr)