Menlu RI Tegaskan Pentingnya Upaya Kolektif ASEAN di Tengah Dinamika Global

DINAMIKA SULTRA.COM, JAKARTA – Menteri Luar Negeri Indonesia Sugiono menegaskan pentingnya upaya kolektif negara-negara ASEAN di tengah dinamika geopolitik dan geo-ekonomi global.
Pernyataan itu dia sampaikan dalam sesi pleno Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN (ASEAN Foreign Ministers’ Meeting/AMM) di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Rabu (9/7), sebagaimana keterangan Kemlu RI yang diterima di Jakarta.
“Saat ini, kita berada di titik yang sangat krusial. Rivalitas geo-politik dan tren proteksionisme global terus meningkat dan berisiko mengikis kesatuan dan relevansi kawasan. Urusan geo-politik dan geo-ekonomi tidak lagi bisa dipisahkan,” ujar Menlu Sugiono.
“Jika ingin tetap relevan, ASEAN harus mampu menghadapi ini semua,” imbuhnya.
Menlu menyoroti laporan UNCTAD 2024 yang menunjukkan penurunan investasi global di berbagai sektor strategis. Namun demikian, ASEAN tetap menjadi bright spot dengan peningkatan arus investasi (FDI) sebesar 10 persen.
“Ini menunjukkan kepercayaan investor yang terus tumbuh. ASEAN harus tetap menjadi jangkar kestabilan dan magnet bagi investasi berkelanjutan,” tegas Menlu Sugiono.
Indonesia juga mendukung penuh kerja ASEAN Geoeconomics Task Force dalam merumuskan opsi kebijakan strategis untuk dibahas di tingkat pemimpin.
“Kita perlu mengubah visi menjadi aksi nyata yang memperkuat sentralitas ASEAN dan membentuk arsitektur kawasan yang stabil,” pungkas Menlu Sugiono. Dalam kaitan itu, Menlu Sugiono memandang implementasi Visi Komunitas ASEAN 2045 harus menjadi langkah prioritas.
Dalam pidatonya, Menlu Sugiono juga kembali menegaskan dukungan terhadap proses keanggotaan penuh Timor-Leste di ASEAN. “Keputusan sudah diambil di tingkat pemimpin. Sekarang saatnya kita wujudkan,” katanya.
Indonesia sendiri telah menjalankan berbagai program peningkatan kapasitas untuk mendukung kesiapan Timor-Leste menjadi anggota penuh ASEAN.
Di saat yang sama, Menlu Sugiono mengangkat kembali usulan Presiden Prabowo Subianto dalam KTT ASEAN ke-46 terkait peningkatan kemitraan dengan Papua Nugini (PNG).
“Sebagai observer ASEAN sejak 1976, PNG memiliki kedekatan strategis dan kultural yang erat dengan kawasan,” kata Menlu.
Lebih lanjut, Menlu Sugiono juga menyoroti pentingnya revitalisasi Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (Treaty of Amity and Cooperation/TAC). “TAC harus tetap relevan dengan tantangan zaman, termasuk dengan memperkuat fungsi diplomasi preventif TAC,” tegasnya.
Menlu Sugiono menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa kredibilitas ASEAN akan ditentukan oleh keselarasan nilai dan kesesuaian tindakannya. “Mari kita bangun ASEAN yang tidak hanya tangguh dan kohesif, tapi juga visioner, inklusif, dan berpandangan ke depan,” pungkas Menlu Sugiono.
Pertemuan AMM dihadiri oleh para Menteri Luar Negeri ASEAN, Timor-Leste, dan Sekretaris Jenderal ASEAN. Delegasi Myanmar diwakili oleh perwakilan non-politik.
Pertemuan tersebut telah menghasilkan beberapa dokumen kesepakatan, antara lain (1) Keputusan Menlu ASEAN untuk Peningkatan Hubungan ASEAN dengan Pihak Eksternal; (2) Joint Communique AMM ke-58; (3) AICHR Five Year Work Plan 2026-2030; (4) AICHR Priority Programs 2026; dan (5) AICHR Annual Report 2025.
Sementara itu, Keputusan Menlu ASEAN untuk Peningkatan Hubungan ASEAN dengan Pihak Eksternal adalah inisiatif Indonesia.
Keputusan tersebut bertujuan untuk mendorong ASEAN agar menjadi lebih proaktif dalam melakukan engagement dengan mitranya, sejalan dengan kepentingan dan sentralitas ASEAN.(ds/antara)