BPS: Vokasi UGM Dorong Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat

DINAMIKA SULTRA.COM, KULON PROGO – Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta menyebut sekolah vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) di wilayah ini mendorong peningkatan pendapatan masyarakat, sehingga angka kemiskinan akan mengalami penurunan lebih cepat.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kulon Progo Sumarwiyanto di Kulon Progo, Jumat, mengatakan ekosistem baru dengan adanya sekolah vokasi UGM di Kulon Progo dapat mempercepat penurunan kemiskinan di wilayah ini dan memberdayakan ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat di sekitar kampus.
“Efek ganda akan tumbuh di sekitar kampus. Sekolah vokasi UGM adalah ekosistem baru yang mendorong pemberdayaan masyarakat sekitar,” kata Sumarwiyanto.
Ia mengapresiasi penurunan angka kemiskinan di wilayah ini yang cukup signifikan. Angka kemiskinan di wilayah ini turun 6,93 persen poin dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (2012-2022).
Ia mengatakan pada Maret 2012, angka kemiskinan di Kulon Progo sebesar 23,32 persen dan pada Maret 2022, angka kemiskinan turun menjadi 16,39 persen poin atau sebanyak 74.210 jiwa.
“Selama 10 tahun terakhir penurunan kemiskinan sebesar 6,93 persen poin,” katanya.
Penurunan angka kemiskinan di Kulon Progo bila dibandingkan dengan kabupaten/kota di DIY, percepatan penurunan kemiskinan paling tinggi.
Penurunan kemiskinan tertinggi setelah Kulon Progo adalah Kabupaten Gunungkidul, yakni sebesar 6,8 persen poin, Bantul 4,7 persen poin, Sleman 2,6 persen poin dan Kota Yogyakarta 2,7 persen poin.
“Selama 10 tahun terakhir, percepatan penurunan kemiskinan di Kulon Progo tertinggi di DIY,” katanya.
Sumarwiyanto mengatakan penurunan kemiskinan di Kulon Progo pada masa pandemi COVID-19, pada 2021 dan 2022, juga paling tinggi, yakni 1,9 persen poin, dari 18,38 persen menjadi 16,39 persen. Pada Maret 2021 sebesar 18,38 persen atau sekitar 81.140 jiwa.
Selanjutnya, dari survei BPS Kulon Progo, angka kemiskinan pada Maret 2022 turun menjadi 16,39 persen atau sebanyak 74.210 jiwa.
“Pada masa pandemi COVID-19, 2020-2021, kenaikan angka kemiskinan juga paling kecil dibandingkan kabupaten/kota di DIY,” katanya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kulon Progo Triyono mengatakan Pemkab Kulon Progo akan memfokuskan program penanganan kemiskinan di wilayah dengan jumlah kemiskinan tertinggi. Penurunan kemiskinan berbasis lokus. Sistem ini sama seperti yang diterapkan di DIY, yakni fokus di level kecamatan/kapanewon, sedangkan di Kulon Progo fokus di tingkat desa/kalurahan.
Lokus penanganan di kapanewon yang ditunjuk oleh DIY, yakni Samigaluh, Sentolo, Pengasih dan Kokap.
“Kami mengambil empat kapanewon tersebut untuk 10 desa dengan angka kemiskinan tertinggi,” katanya.
Triyono mengatakan Pemkab Kulon Progo akan memberikan fasilitasi. Nanti 10 desa tersebut menjadi proyek percontohan percepatan pengentasan kemiskinan. “Kalau program tersebut berhasil pada 2023, akan kami kembangkan untuk tahun-tahun berikutnya,” katanya.(ds/sgn)