Ada Keturunan Pattimura di Konsel, Mainnya Bambu Gila

Permainan bambu gila di Konsel yang dimainkan masyarakat Keturunan Pattimura asal Ambon di Konsel. (Foto Novri)

 

DINAMIKASULTRA.COM, KONSEL – Permainan Bambu Gila asal Maluku, bisa disaksikan juga di Desa Amoito Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) Sulawesi Tenggara (Sultra).

Awal permainan kuno ini ada di Konsel, ketika diperkenalkan oleh Kerukunan Masyarakat Indonesia Maluku (KMIM) yang bermukim di wilayah ini.

Ketua KMIM Konsel, Yansen Sirtolang mengatakan, keragaman tradisi yang masih terjaga kelestariannya hingga kini menjadikan bangsa ini kaya akan budaya.

Salah satu yang masih lestari hingga kini adalah kesenian Bambu Gila, sebuah pertunjukan tradisional yang menampilkan sekumpulan orang yang sedang berjuang menahan gerakan liar sebatang bambu.

Yansen menjelaskan, kesenian Bambu Gila memiliki nama asli Baramasewel. Tradisi ini sudah ada sejak jaman nenek moyang dulu. Kesenian bambu gila ini merupakan sebuah ritual yang dilakukan pada kondisi-kondisi tertentu.

“Seiring perkembangan zaman, ritual tersebut mulai memudar, kini sebagai generasi penerus, kami mempunyai tanggungjawab untuk melestarikanya”, kata Yansen, Kamis (7/4/2022).

Pertunjukan Bambu Gila biasanya dimainkan oleh delapan orang, yang masing-masing mengenakan ikat kepala dari potongan kain berwarna merah, dengan formasi tujuh orang sebagai pemain dan satunya lagi bertindak sebagai pawang, jelas Yansen.

Sembari pawang berkeliling memutari pemain yang sudah memegang bambu dengan erat, lalu tak lama berselang, bambu terlihat makin berat dan bergerak-gerak sendiri.

Penabuh gendang yang sedari awal bersiap, ketika mendengar pawang berteriak, tanda atraksi dimulai, segera mengiringi jalannya atraksi. Semakin cepat irama musik pengiring, maka akan semakin cepat pula pergerakan batang bambu. Nampak para pemain harus berusaha sekuat tenaga untuk menahan pergerakan batang bambu.

Dikatakan Yansen, Batang bambu yang digunakan dalam tarian ini memiliki diameter 8 hingga10 sentimeter dan panjang kurang lebih 2,5 hingga 3 meter, dengan ruas bambu berjumlah ganjil. Pada kedua ujung bambu, terdapat ikatan kain berwarna cerah.

Ia berharap, kegiatan pelestarian budaya seperti ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, khususnya keterlibatan generasi muda.

Menurutnya, banyak tradisi leluhur yang mulai memudar, bukan saja kebudayaan daerah asalnya di Maluku sana, tapi di Konsel ini juga, para generasi muda terkesan malu-malu ketika diajak memainkan kesenian daerah,” pungkasnya.

Yansen mengajak kepada segenap masyarakat Sultra yang akan menyaksikan kesenian tradisional Maluku, seperti Bambu Gila, Toki Gabagaba, Tari Lenso dan lainnya, bisa datang pada tanggal 15 Mei 2022 di lapangan Ranomeeto, Konawe Selatan, sekaligus bersama-sama merayakan peringatan hari perlawanan Kapitan Pattimura terhadap penjajah yang ke 205.(ds/nov)

Permainan Bambu Gila di Konsel
Comments (0)
Add Comment