DINAMIKA SULTRA.COM, KONAWE – Bank Indonesia Sulawesi Tenggara (Sultra), bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi, melakukan panen raya cabai yang ditanam siswa SMKN PP 5 Kabupaten Konawe, Sultra.
“Selain panen cabai dari anak-anak siswa di Konawe yang jumlahnya mencapai 4.500 pohon, juga sejumlah sekolah SMU dan SMK di daerah lain juga sudah panen,” kata Kadis Dikbud Sultra, Yusmin di Kendari, Minggu (17/9/2023).
“Di Kota Baubau, Muna, Kolaka, dan sekolah-sekolah di semua kabupaten sudah persiapan mau panen untuk cabai dan bawang. Kalau untuk tomat sudah panen lebih dulu. Ada yang hasilnya 1,2 ton per sekolah,” sebut Yusmin.
Yusmin menegaskan program ketahanan pangan siswa ini harus terus berlanjut, tujuan besarnya yakni membantu pemerintah mengendalikan inflasi daerah harus terus berjalan, minimal dengan memenuhi kebutuhan cabai, tomat, dan bawang para siswa, orang tua dan para guru.
“Program ketahanan pangan siswa ini juga sangat relevan dengan program Merdeka Belajar yang digalakkan Kementerian Pendidikan. Program ini harus berkelanjutan terus menerus, sebab minimal kebutuhan guru-guru dan orang tua siswa kita terpenuhi,” katanya.
Yusmin menambahkan, sejauh ini jumlah siswa 60 ribu orang, ditambah guru 12 ribu, sehingga komunitas di dunia pendidikan Sultra saja sekitar 72 ribu dan untuk kebutuhan 72 ribu warga Sultra itu bisa dipenuhi dari hasil pertanian siswa-siswi kita.
Panen raya ini merupakan hasil dari program ketahanan pangan siswa yang digagas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra yang diluncurkan beberapa bulan lalu dan memperoleh rekor MURI untuk kategori penanaman sayur terbanyak yang dilakukan oleh siswa.
Sementara itu, kepala Perwakilan Bank Indonesia Sultra, Doni Septadijaya mengapresiasi program ketahanan pangan Dikbud Sultra. Bahkan pihaknya tidak menduga, pengendalian inflasi bisa dilakukan di lingkungan sekolah.
“Kami melihat secara makronya bahwa pengendalian inflasi di Sultra tidak terduga-duga ternyata bisa dilakukan di lingkungan sekolah dalam pengawasan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra,” kata Doni.
Doni juga menyebut, program ini merupakan terobosan yang luar biasa dan bisa menjadi contoh daerah lain dalam upaya pengendalian inflasi.
“Ini merupakan sebuah terobosan yang luar biasa, karena biasanya untuk pengendalian inflasi kami harus berkoordinasi dengan Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, namun di Sultra cukup dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,” ujarnya.
Bahkan Doni menjelaskan, terobosan Dikbud Sultra bukan lagi sebagai program ketahanan pangan, melainkan sudah program kemandirian pangan.
“Ternyata untuk pemenuhan kebutuhan komoditas strategis, seperti tomat, cabai dan bawang merah bisa dipenuhi dari SMA-SMK yang ada di Sultra, dan potensinya luar biasa, ada ratusan ribu pohon. Saya rasa ini bukan program ketahanan pangan lagi, tapi ini sudah merupakan program kemandirian pangan,” ucapnya.
Doni juga menyebut bahwa program ini sangat membantu pengendalian inflasi di daerah karena inflasi itu dihitung dari nilai konsumsi. Konsumsi itu adalah harga yang dibayar oleh masyarakat, dan masyarakat ini salah satunya adalah guru dan orang tua siswa, sehingga kalau kebutuhan (cabai, tomat, bawang) para guru dan orang tua siswa bisa dipenuhi, Insya Allah harga-harga yang ada di pasar itu akan menyesuaikan.
“Karena permintaannya tentu saja berkurang, dengan dimand yang berkurang dan suplai yang besar, Insya Allah harga-harga akan stabil bahkan cenderung rendah,” ungkapnya.
Untuk mendukung program Dikbud Sultra ini, Bank Indonesia Perwakilan Sultra akan membantu menyuplai pupuk organik yang diambil dari mitra Bank Indonesia.
“Kita masih fikirkan bantuan yang efektif seperti apa. Kalau dalam jangan waktu dekat, karena disini kami punya mitra pesantren yang memproduksi pupuk organik, Insya Allah kami akan bantu suplay pupuk organiknya,” Tuturnya.(ds/sgn)