HMJ Psikologi FKIP UHO Kendari Gelar Seminar Dukungan Psikologis Awal Bagi Individu

Foto bersama usai seminar Psychological First Aid (PFA): How to Help Yourself and Others” di Aula FKIP UHO pada 30 Mei 2024. (Humas-UHO)

 

DINAMIKA SULTRA.COM, KENDARI – Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Psikologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Halu Oleo Kendari,Sulawesi Tenggara, menggelar seminar dengan tema “Psychological First Aid (PFA): How to Help Yourself and Others” di Aula FKIP UHO pada 30 Mei 2024.

Peserta Kegiatan ini dari kalangan mahasiswa lingkup Universitas Halu Oleo dan masyarakat umum.

Narasumber pada Kegiatan Seminar PFA ini ialah Astri Yunita, S.Psi., M.Psi., Psikolog, salah satu dosen Psikologi Universitas Halu Oleo yang juga merupakan psikolog klinis. Seminar ini dimoderatori oleh Eva Herik, S.Psi., M.Psi., Psikolog.

Kegiatan ini juga dirangkaikan sebagai bentuk pengabdian kepada masyakarat yang dilakukan oleh dosen Psikologi FKIP UHO yaitu Astri Yunita, S.Psi., M.psi., Psikolog., Eva Herik, S.psi., M.Psi., Psikolog, Citra Marhan, S.K.M., M.A, Yuliastri Ambar Pambudhi, S.Psi., M.Psi., Psikolog, Linda Fajriah, S.Psi., MA dan La Ode Surazal Qalbi, S.Pd., M.A.

Astri Yunita, S.Psi., M.Psi., Psikolog mengatakan, Psychological First Aid (PFA) atau dukungan awal psikologis (DPA) merupakan rasa peduli dan usaha individu untuk membantu orang lain yang berada dalam kondisi yang krisis, yaitu situasi dimana seseorang mengalami sesuatu yang membahayakan dan dapat memicu stres.

“Hal-hal yang termasuk dalam DPA adalah memberikan dukungan psikologis. Contoh sederhananya yaitu ketika teman sedang mengalami stres, cukup duduk di sampingnya, menemani, melihat apa yang ia butuhkan dan mendengarkan keluhannya, kemudian memberikan reaksi empati seperti memegang tangannya untuk menguatkan,” katanya.

Astri Yunita melanjutkan, materi yang dipaparkan berupa kategori orang yang membutuhkan dukungan awal psikologis yaitu orang dengan luka serius, yang sangat kecewa atau sedih, berpotensi melukai diri sendiri dan orang lain, anak dan remaja yang terpisah dari orang tua, lansia, ibu hamil atau ibu dengan bayi dan anak kecil, individu dengan gangguan jiwa, penyintas trauma, penyandang disabilitas, individu dengan masalah penggunaan NAPZA, orang yang mengalami kehilangan serta orang yang terpapar situasi krisis.

Menurutnya, tidak semua orang membutuhkan dukungan awal psikologis. Sebagian orang mampu mengatasi masalahnya sendiri dengan cara berdiam diri, menunda untuk berbicara mengenai masalahnya ataupun cara lainnya.

“Hal tersebut dikarenakan beberapa individu memiliki ketahanan emosional dan kemampuan resilensi yang baik,” ujarnya.

Astri Yunita menyebut, terdapat 6 prinsip dalam pelaksanaan DPA, yaitu: Prinsip Lihat. Yakni, lihat dan kenalilah tanda atau gejala yang dialami oleh individu yang mengalami krisis.

“Prinsip dengar, mendengarkan dengan memberikan perhatian penuh, prinsip beri kenyamanan, ajak individu untuk menenangkan dirinya dan menciptakan suasana yang nyaman, dengan melakukan praktik teknik relaksasi pernafasan atau menerapkan teknik grounding,” sebutnya.

Astri Yunita menjelaskan, prinsip hubungkan, bantu individu untuk menyelesaikan permasalahan. Salah satu contohnya yaitu membawanya ke rumah sakit atau tenaga profesional.

“Prinsip beri perlindungan, dimana jika seseorang berpotensi untuk bunuh diri, singkirkan benda-benda tajam agar tidak melukainya,” jelasnya.

“Prinsip bangun harapan. Bangkitkan keyakinan dan optimis pada orang yang kehilangan harapan,” sambungnya.

Astri Yunita menuturkan, dukungan awal psikologis dapat dilakukan oleh masyarakat umum, bukan hanya psikolog, psikiater ataupun relawan saja.

“Oleh karena itu, seminar ini terbuka untuk umum dan sangat bermanfaat untuk melatih diri kita bagaimana caranya menolong diri sendiri dan orang lain dalam situasi krisis psikologis,” tuturnya.

Melalui presentasi dan sesi diskusi yang interaktif antara pemateri dan peserta seminar, pembahasan mengenai DPA menjadi sangat menarik. Salah satu highlight dari pembahasan mengenai DPA yaitu, bagaimana caranya menolong orang lain jika diri sendiri pun mengalami krisis?

“Sebelum kita menjadi pemberi DPA pada orang lain, kita harus bisa memberi DPA pada diri sendiri dulu. Kalau kita sudah mengenali diri kita, kelebihan dan kekurangan kita saat berada dalam situasi krisis, kita jadi paham apa yang harus kita lakukan. Misalnya, ketika kita tidak bisa mengatasi situasi krisis diri sendiri, kita butuh dukungan sosial dari orang lain. Kalau itu tidak cukup, kita harus mencari tenaga profesional. Jadi, dukungan psikologis awal untuk diri sendiri dulu, baru untuk orang lain yang membutuhkan”, jelas Astri Yunita.

Sementara itu, Eva Herik menyebut, penting untuk menolong diri sendiri terlebih dahulu saat mengalami krisis sebelum menolong orang lain. Namun, tidak benar jika menetapkan prinsip; kita saja punya masalah, kenapa harus membantu orang lain.

“Pola berpikir seperti ini yang harus dievaluasi. Bisa jadi, saat kita punya masalah dan ternyata orang di sekeliling kita membutuhkan dukungan awal psikologis, pada saat itu juga bisa jadi adalah terapi tersendiri buat diri kita. Memberikan dukungan kepada orang lain, secara tidak langsung kita juga memberikan penguatan pada diri sendiri”, jelasEva Herik.

Kegiatan seminar ini memberikan pengetahuan mengenai dukungan awal psikologis, kesehatan mental dan juga memberikan manfaat yang sangat banyak.

“Saya bersyukur bisa mengetahui dan berkesempatan mengikuti kegiatan ini. Acara seminar ini benar-benar membawa manfaat bagi peserta. Dari sisi materi, sangat padat sekali. Wawasan yang diberikan dari kegiatan pembukaan juga sewaktu sesi tanya jawab sangat berharga,” ungkap salah satu peserta.

“Seminar ini memberikan wawasan berharga tentang pentingnya dukungan psikologis awal dalam membantu menghadapi tantangan mental. Penting untuk terus mengedukasi diri sendiri dan orang lain tentang pentingnya mendukung kesehatan mental, serta memperluas jaringan dukungan agar mereka yang membutuhkan dapat mendapatkan bantuan,” Tutur peserta lainnya.(ds/adf)

 

#kendari#sulawesitenggaraFKIP UHOHMJ Psikologi UHO
Comments (0)
Add Comment