DINAMIKA SULTRA.COM, MAMUJU – Penjabat (Pj) Gubernur Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) Bahtiar Baharuddin meminta semua pihak terkait agar terus berupaya mencegah stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, melalui program 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
“Pelayanan kesehatan gizi ibu dan anak, melalui program 1.000 HPK harus serius, untuk menurunkan angka stunting di Sulbar,” kata Bahtiar di Mamuju, Sabtu.
Ia menghendaki upaya nyata untuk memperkuat program pelayanan kesehatan dan gizi bagi ibu dan anak pada periode 1.000 HPK, yang dimulai dari masa hamil (9 bulan = 270 hari) sampai dengan anak usia 2 tahun (24 bulan = 730 hari).
Hari pertama kehidupan berkaitan erat dengan pemenuhan gizi di awal kehidupan buah hati, yang tentunya sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang buah hati sekaligus berpengaruh terhadap kesehatannya.
Masa 1.000 hari pertama kehidupan merupakan waktu tepat untuk membangun fondasi kesehatan jangka panjang.
“Periode 1.000 HPK adalah periode terbentuknya organ-organ vital seperti otak, hati, jantung, ginjal, tulang, tangan atau lengan, kaki dan organ tubuh lainnya mulai terbentuk dan terus berkembang pada anak,” katanya.
Sehingga, peningkatan pelayanan kesehatan gizi ibu dan anak melalui program 1.000 HPK sangat penting dilaksanakan, agar tidak terjadi masalah gizi kronis yang dapat mengakibatkan stunting.
Anak dengan stunting biasanya ditandai dengan tinggi badan yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD (-2SD) di bawah median panjang atau tinggi badan berdasarkan umur (1).
Dampak dari stunting tidak hanya pada tinggi badan yang kurang namun juga perkembangan intelektual, kognitif, motorik yang buruk dan bahkan mengurangi produktivitas sehingga menyebabkan kerugian ekonomi di masa depan.
“Oleh karena itu, pencegahan stunting terutama pada 1.000 HPK sangat diperlukan,” ujarnya.
Bahtiar meminta seluruh posyandu di Sulbar harus memberikan nutrisi yang baik, karena sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak selama 1.000 HPK.
“Karena tanpa nutrisi akan mengakibatkan kerusakan permanen pada otak dan tubuh anak yang sedang berkembang, sehingga anak tidak tumbuh dengan baik dan terlalu pendek untuk usia mereka, sebingga stunting,” katanya.
Ia menegaskan bahwa seluruh posyandu di Sulbar telah ditekankan untuk penanganan stunting melalui program 1.000 HPK, sehingga pemerintah dapat menurunkan angka penderita stunting di Sulbar menjadi 26,2 persen pada 2025.
Pemprov Sulbar sebelumnya telah menurunkan sekitar 4,7 persen penderita stunting, yakni dari 35 persen menjadi 30,3 persen pada 2023, dan Pemprov Sulbar terus melakukan penanganan stunting, agar angkanya dapat terus turun menjadi 26,2 persen pada 2025.(ds/antara)