Agista Ariany Dikukuhkan Sebagai Bunda Baca Sultra
DINAMIKASULTRACOM,KENDARI-Ketua Tim Penggerak PKK Sulawesi Tenggara (Sultra) Agista Ariany Ali Mazi dikukuhkan Bunda Baca Daerah Provinsi Sultra Tahun 2020-2023 yang dipimpin Gubernur Ali Mazi yang digelar di rumah jabatan Gubernur, Jumat.
Gubernur Ali Mazi mengatakan esensi pemilihan bunda baca sebagai salah satu upaya menumbuhkan minat dan budaya baca masyarakat Sultra, terutama di kalangan generasi muda.
“Ini bertujuan menambah dan memperluas wawasan yang pada gilirannya memiliki pola pikir intelek untuk kemudian bertindak positif,” kata Gubernur Sultra dalam rilis Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Sultra, M Ridwan Badallah.
Menurut Ali Mazi, ada dua peran penting dari seorang bunda baca, yakni mempromosikan dan menyosialisasikan pentingnya membaca dan fungsi perpustakaan di seluruh kalangan masyarakat, mulai anak-anak hingga orang dewasa.
Kedua, diharapkan menjadi role model dan panutan, serta juru kampanye yang dapat menginspirasi pelaksanaan pembudayaan kegemaran membaca di tengah budaya lisan dan media sosial yang saat ini melekat pada masyarakat.
Pada kesempatan itu, Gubernur kembali menyampaikan perihal Perpustakaan Modern Sultra yang sedang dalam tahap pembangunan. Dinas perpustakaan, kata gubernur, harus mampu mengubah citra perpustakaan tidak hanya sebagai tempat penyimpanan buku.
Dia meminta dinas perpustakaan bekerjasama dengan kabupaten/kota untuk setiap saat mengimbau masyarakat agar membudayakan kegemaran membaca bekerjasama dengan berbagai kalangan, termasuk rektor perguruan tinggi yang ada di Sultra dan juga OPD terkait seperti dinas pendidikan dan kebudayaan.
Gubernur juga menggagas agar ada waktu-waktu tertentu masyarakat Sultra meluangkan waktunya khusus untuk membaca.
“Ada jam-jam tertentu kita wajibkan masyarakat Sultra untuk membaca. Seperti usai Shalat Magrib atau seusai Shalat Subuh. Termasuk membaca Al Qur’an itu bagian dari membaca,” ujarnya.
Sementara itu, dalam sambutan pengukuhannya, Agista mengaku kepercayaan yang diberikan sebagai bunda baca merupakan amanah yang berat. Namun, dirinya merasa termotivasi untuk meningkatkan minat baca dan pembudayaan kegemaran membaca.
Agista mengemukakan sejumlah langkah yang akan ditempuh setelah mengemban tugas sebagai bunda baca. Pertama, Agista berkomitmen akan terus menyosialisasikan gerakan membaca di tengah-tengah masyarakat bersama seluruh stakeholder dan khususnya anggota tim penggerak PKK yang dipimpinnya.
Selanjutnya, budaya literasi harus dimulai dari ibu rumah tangga sebagai pondasi dasar untuk membangun keluarga yang cinta membaca. Peran bunda dalam keluarga tidak dapat diabaikan dan sebagai teladan atau role model.
“Ada beberapa cara dan pendekatan agar masyarakat, khususnya generasi muda gemar membaca sejak usia dini. Pertama, orangtua harus bisa menciptakan suasana yang kondusif dan nyaman bagi anak-anaknya agar mau membaca,” ujar Agista.
Kedua, kata dia, interaksi antara orangtua dengan anak harus terjalin dengan baik, misalnya, ketika anak sedang mengerjakan pekerjaan rumah, hendaknya orangtua ikut mendampingi sehingga tercipta diskusi yang dapat melatih kreatifitas berpikir anak dalam menyelesaikan permasalahan.
Agista juga bercerita tentang sebuah kalimat yang sangat berkesan ketika dia masih bersekolah dulu. Kutipan itu tertulis di perpustakaan sekolahnya. Bunyinya, “Buku adalah gudang ilmu, sedangkan membaca adalah kuncinya”.
Dia mengemukakan para tokoh dunia itu hobi membaca buku, bahkan memiliki kutipannya masing-masing tentang buku. Dia mencontohkan mantan Wakil Presiden Mohammad Hatta dengan kutipannya yang terkenal, “Aku rela dipenjara asalkan bersama buku. Karena dengan buku Aku bebas.”
Agista juga mengutip kalimat Milan Kundera, novelis Republik Ceko paling terkenal yang masih hidup hingga saat ini: “Kalau ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradabannya maka hancurkan buku-buku mereka. Maka pastilah bangsa itu akan punah”.
Dengan membaca akan tahu setiap belahan dunia ini walaupun belum pernah kesana. “Dengan membaca, kita seperti berkeliling dunia. Oleh karena itu, budaya literasi harus dimulai dari rumahtangga. Dengan demikian, peran bunda tidak mungkin diabaikan,” kata Agista. (ds)